Sifat Berbohong pada Anak-anak

Berbohong pada anak-anak sebenarnya bukan sesuatu yang sangat serius kecuali jika menjadi kebiasaan atau kompulsif (berulang terus menerus).

Belakangan ini Annisa sedang merasa khawatir terhadap putranya yang berusia 3 tahun. Anak ini sangat aktif dan punya banyak teman di kompleks perumahan kami. Memang, saya sengaja membiarkan ia bermain bebas dengan siapa saja supaya sosialisasinya baik. Yang penting ia tidak bermain jauh-jauh dan bisa tetap saya pantau.

Tapi, akhir-akhir ini saya lihat jagoan saya ini suka “berbohong.” Misalnya, pernah saya dengar ia bilang ke temannya bahwa ia punya mainan X, padahal ia tidak punya. Suatu ketika, ia juga pernah bilang ke saya ia sudah makan, padahal belum, dan lain-lain. Apakah memang di usia anak saya itu, seorang anak sedang dalam fase suka “berbohong”?

Sebetulnya, apa yang sedang ia lakukan? Tepatkah sebutan “berbohong”? Soalnya, saya sempat menasihatinya dengan mengatakan, “Adik tidak boleh berbohong, ya?”

 

ALASAN BERBOHONG

Menurut psikolog anak, Diah Primi Paramitha M.Psi., perilaku anak  yang suka “berbohong” boleh dikatakan masih dalam taraf wajar untuk anak seusianya. Pada usia ini memang anak masih agak sulit membedakan antara realita dengan fantasi (khayalan) atau bahkan ada yang belum paham juga tentang konsep berbohong.

Memang ada beberapa alasan yang menyebabkan anak “berbohong”, tujuannya agar orang lain terkesan dengan ceritanya, menyenangkan orang lain, melindungi diri atau menghindar dari hukuman. Bisa saja teman-temannya sedang hangat membicarakan suatu permainan. Agar ia bisa tetap “nyambung” dan “dianggap” oleh temannya ia mengaku memiliki permainan tersebut.

Atau hal lain, ketika ia belum makan dan kemudian ia “berbohong” bisa jadi karena ia tengah asyik melakukan sesuatu sehingga menghindar dari konsekuensi yang akan dihadapi. Konsekuensi ini tidak harus dalam arti hukuman, tetapi mungkin ia harus menunda melakukan hal yang digemarinya kerana harus makan terlebih dahulu.

Untuk mengatasi hal ini, memang sebaiknya anak dikenali mana realita dan mana fantasi. Beberapa cara mungkin bisa dilakukan untuk membantu anak memahami konsep berbohong antara lain :

  • Jelaskan arti berbohong. Diskusikan juga akibat dari berbohong akan membuat orang lain sedih atau membuat orang lain kecewa. Contoh-contoh dari buku cerita atau film bisa membantu anak memahami hal ini.
  • Imajinasi atau fantasi bukanlah kebohongan. Bicarakan tentang hal ini dan bandingkan dengan realilta. Misalnya ketika ia membicarakan mainan “X”, Anda menjelaskan apakah ia mempunyai mainan “X”? Mungkin saja ia berkhayal memiliki mainan “X” suatu hari.
  • Ciptakan suasana komunikasi yang terbuka sehingga anak pun nyaman bercerita dan tidak merasa “dihakimi”.

Untuk anak seusianya berbohong bukan sesuatu yang patut dihukum. Katakan bahwa Anda tidak akan marah kalau ia belum makan atau mengatakan hal yang sebenarnya.

Bisa saja anak mendapatkan contoh perilaku berbohong dari orang di sekitarnya. Jika itu memang dari orang tuanya, jelaskan kembali kejadian waktu itu berikut alasannya. Kemudian untuk lain kali agar lebih berhati-hati untuk berkata yang tidak jujur saat anak berada di dekat Anda.

Jika ia berbohong dan Anda mengetahuinya, informasikan hal tersebut dengan cara yang halus. Misalnya ketika belum makan dan tidak mengaku padahal Anda tahu hal itu. ”Masa sudah makan? Yang benar? Kapan? Soalnya Bunda lihat lauknya masih utuh, lho. Sekarang sudah malam, dan kamu belum makan malam nanti kamu sakit. Gimana supaya kamu enggak sakit, ayo kita makan bersama.”

Memberikan hukuman fisik maupun psikis (menampar, memukul, memaki) atas kebohongan yang dilakukan anak cenderung merugikan karena sang anak akan berbohong untuk menghindari hukuman. Anak menjadi tahu bahwa hukuman akan diterima bila ketahuan berbohong tapi bila tidak ketahuan maka aman. Akibatnya anak akan cenderung berusaha agar tidak ketahuan berbohong daripada tidak berbohong. Jadi hukuman bisa meningkatkan kebohongan yang dilakukan pada masa mendatang ketimbang menurunkannya.

APA YANG HARUS DILAKUKAN ORANGTUA

Beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk melatih kejujuran anak :

1. Selalu menerangkan dan meminta maaf jika tidak menepati janji.

2. Jika kedapatan berbohong di muka anak, akuilah, dan jelaskan alasannya.

3. Jangan mengatakan kebohongan untuk mendapatkan persetujuan anak.

4. Jangan memberikan terlalu banyak aturan pada anak.

5. Jangan terlalu sering memberikan hukuman pada anak.

6. Jangan  langsung  marah jika  anak melakukan kebohongan, tanyakan dulu mengapa

Sumber: Kancilku.com

Tinggalkan komentar